May 2, 2009

Paraban

Paraban, dalam bahasa jawa berarti nama panggilan atau sapaan tapi penggunaannya terbatas pada kalangan atau komunitas tertentu saja. Istilah menterengnya nick name. Hampir bisa dipastikan paraban berbeda sama sekali dengan nama asli yang tertera di akta kelahiran atau ijazah.

Paraban bisa berasal dari ciri fisik seseorang, penampilan atau kebiasaan seseorang, peristiwa tertentu yang dialami, atau dari sumber-sumber lain yang tidak terlalu jelas asalnya.
Contoh paraban yang berasal dari ciri fisik seseorang antara lain: "Si Buta (dari Goa Hantu)", Si Codet, Si Pincang, dsb.
Sedangkan paraban dari penampilan atau kebiasaan seseorang, misalnya: Si Klimis (karena penampilan rambutnya yang selalu tertata rapi, berminyak sangat banyak, dan dari pagi sampai sore tidak pernah berubah tatanan rambutnya), Si Cerewet, dsb.
Contoh paraban yang berasal dari peristiwa tertentu banyak diceritakan Andrea Hirata dalam Maryamah Karpov.
Ato dalam kehidupan nyata yang pernah aku temui adalah, si "X" kurang 5. (tapi jangan diartikan 'kurang 5" itu perhubungan dengan kemampuannya ya... please... lain kali akan aku ceritakan deh tentang X kurang 5 ini)
Nah kalo yang asalnya tidak jelas, mungkin bisa mengambil "Minke" dalam tetralogi-nya Pramoedya Ananta Toer sebagai contoh.

Berikut ini adalah paraban-paraban yang aku sandang.

-Bre-
Ini adalah paraban yang disematkan oleh teman-teman SMA. "Bre" ini aku sandang mulai kelas 2 SMA. Tapi jangan dianggap Bre itu gelar yang cukup mentereng di jaman Majapahit dulu. Bre di sini tidak sama dengan Bhre Kertabumi, Bhre Pandansalas, atau Bhre - Bhre yang lain di masa Singosari - Majapahit.
"Bre.....wok" Yach, dari kata brewok itulah muncul paraban BRE. Memang pada saat itu di wajahku mulai tumbuh brewok. Sebenarnya beberapa teman yang lain juga mulai tumbuh brewok, tapi entah mengapa yang dipanggil "bre" hanya aku.
Mungkin karena pada waktu itu aku sering mencabuti helai demi helai brewok yang ada di daguku... Apalagi kalo otak ini tidak sanggup lagi menangkap apa yang diterangkan guru di depan.
Udah deh.. dari pada pusing, lebih baik ambil posisi (paling nikmat menurutku saat itu)... duduk dengan punggung bersandar di kursi, tangan kiri terlipat di dada... trus tangan kanan mengelus dagu... dan jika ada brewok yg terasa kasar dan nyekrik ... mulai deh ibu jari dan jari tengah berkolaborasi untuk mencepit sang brewok... dan... dhel.... selembar brewok tercabut bersama akarnya.
Yup... itu sepenggal kisah paraban si -Bre- yang kadang masih tercetus diantara teman-teman saat reuni tahunan.

-Obel-
Ini adalah nama paraban di kampus. Bukan dari awal masuk kuliah, tapi setelah semester 6 berlalu, waktu kami akan membuat jaket program study seangkatan.
Obel, berasal dari kata Obelix. Salah satu tokoh idola dalam komix Asterix. Karena tubuhku yang "sedikit" tambun, dan kebetulan aku suka tokoh Obelix, maka temen temen menyematkan nama Obel untuk diriku ini (ketika menulis ini sambil membayangkan Obelix sedang menyantap satu celeng panggan utuh... slurrrppp)
Nama ini masih terbordir dengan manis di jaket yang kami buat, "OBEL". Paraban ini sudah sangat jarang aku dengar, karena jujur saja, aku sudah sangat jarang bertemu teman-teman se-program study seangkatan yang tidak sampai 25 orang itu.

-Mas Ndut-
Kapan paraban ini mulai tersemat aku tidak ingat dengan pasti, yang jelas ini tersemat setelah aku pacaran dengan mantan pacarku. Dan sebutan "Mas Ndut" hanya beredar di kelurga mantan pacarku itu. Kalo asal kata tidak sukar ditebak, Ndut... Gendut.
Kalo dilihat pembagian diatas.... jelas ini berasal dari ciri fisik yang melekat padaku.

-Bro Neo-
Ini paraban yang aku "deklarasikan" pertama kali melalui email ke teman-teman akrab di tempat kerja. Dan hanya beredar dalam tulisan saja.
Memang diantara kami sapaan "Brooowww..." kerap terdengar. "Thank you bro....", "Gmana bro... ?" dan bro-bro yang lain ada dalam percakapan kami sehari hari baik dalam bahasa tutur maupun bahasa email.
Beberapa relasi kerja juga menggunakan Bro dalam pergaulan sehari-hari.
Karena waktu itu aku sedang bertugas di pulau BORNEO, dan tidak jauh juga dari "BRE NEO"(sedikit ber-plesetan ria...ingat: "bre" adalah paraban waktu SMA, dan "neo" sama artinya dengan new alias baru), dan didikung dengan sapaan "bro" yang sedang ngetrend, maka kupakailah nama "BRO NEO" dalam bahasa tulis sampai saat ini.. (dan juga mampir "Bro Neo" itu dalam judul blog ini)
Jadi paraban Bro Neo, nyrempet nyrempet dengan:
Borneo, pulau nan kaya tempat aku pernah tinggal.
Sapaan "brooowww..." dari teman-teman, dan sekaligus dapat di-link-kan atau di-pleset-kan sebagai "paraban yang baru"
(Harap maklum kalo ada unsur plesetan di sini, karena memang aku tumbuh bersama dengan budaya plesetan di Jogja)

Ke depan kira-kira masih akan ada paraban yang lain gak ya?

Tator - Palopo - Pare
May 09

7 comments:

  1. 2 postingannya tentang nama.
    Kata tetua di kampung opung saya, nama adl doa.
    krn skr di sulawesi, apa mungkin ya parabaan yang baru berkaitan dgn itu? :) hehe

    ReplyDelete
  2. Broneo...saya ndak pernah melihat dirimi sebagai seorang yang ndut atau tambun..saya lihat kamu cuman "sedikit agak montok" (quote from obelix said) peace

    ReplyDelete
  3. obellllll......
    hihhihi....
    wah udah mulai tenar nih blog, seiring dengan produktifitas menulis, tp jangan seiring dengan produktifitas "ndut" ya

    ReplyDelete
  4. @ afdhal:
    soal produktifitas, tergantung load kerjaan sih he..he..he..

    @ criminal:
    aku cukup sadar diri utk tidak marah kok, yup "sedikit montok" he..he..

    ReplyDelete
  5. waaahhhh
    yang paling lucu si bre, ngga nyangka singkatan dari Bre..wok
    hiiiiii

    tapi ...berbahagialah orang yang mempunyai paraban karena berarti dia disukai orang/menjadi perhatian orang.

    So, saya ikutan panggil Bro Neo aja ya...

    ReplyDelete
  6. @ Imelda:
    mo panggil apa aja boleh kok.. (asal aku tahu kalo emang aku yang dipanggil he..he.. takut ntar dibilang sombong kalo gak menyahut)

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.